Kecerdasan menurut Howard Gardner merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Menurutnya, kecerdasan itu meliputi kecerdasan linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial dan kinestetik Kecerdasan versi Gardner, yang sering disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ini juga seringkali membawa kepada pertanyaan-pertanyaan yang terdengar konyol, namun pada hakekatnya perlu mendapatkan perenungan, seperti misalnya: lebih cerdas mana Isaac Newton bila dibandingkan dengan Valentino Rossi? Lebih cerdas mana Cristiano Ronaldo dengan Albert Einstein? Lebih cerdas mana Roman Abramovic dibandingkan Jalaluddin Rumi? Atau siapa yang lebih cerdas antara Barack Obama dan Kahlil Gibran?
Berdasarkan teori multiple intelligences-nya Gardner, tentu tidak dapat diperbandingkan mana yang lebih cerdas karena pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi kecerdasan yang bermacam-macam. Bahkan, sejatinya setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan sekaligus, meskipun sebagian jauh lebih berkembang dibanding yang lainnya. Ada orang yang lebih menonjol kecerdasan interpersonalnya dibandingkan kecerdasan intrapersonal yang dimiliki. Ada juga yang lebih menonjol kecerdasan musikalnya daripada kecerdasan logis-matematis yang dimiliki. Satu hal yang penting adalah pemahaman terhadap diri sendiri: potensi kecerdasan apa yang lebih menonjol dan layak untuk terus dikembangkan. Jelasnya, teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) merupakan validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting (Jasmine, 2007: 11).
Berbagai pendapat para ahli tersebut di atas menampakkan adanya pergeseran arah, namun selalu mengandung pengertian bahwa inteligensi atau kecerdasan adalah kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Masyarakat umum mengenal istilah inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi sebagaimana istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan ruang lingkup konsep mengenai inteligensi (kecerdasan) menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak diantara definisi yang telah dirumuskan ternyata terlalu luas untuk dapat disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat dimanfaatkan. Definisi para ahli dan pengikutnya memang tidak selalu mengandung perbedaan arti yang tajam walaupun memperlihatkan adanya sudut pandang yang berbeda (Azwar, 2002: 2), maka tidak heran jika kemudian bermunculan berbagai konsep tentang kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan-kecerdasan yang lain.
Dan yang paling penting adalah bertanya pada diri sendiri kecerdasan apa yang kita miliki? sudahkah "mendidik kecerdasan" kita untuk terus kita lejitkan setinggi mungkin....??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar