Kamis, 19 Februari 2015

Abu Ubaidah, Sosok yang Akan Selalu di Kenang

Dengan tingkat kemasyhuran yang begitu tinggi yang dimiliki oleh Abu Ubaidah di antara para shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta tingginya kedudukannya di sisi kaum muslimin, serta banyaknya berita tentang kehidupannya sejak awal keislamannya, kebersamaan dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan jihad yang dilaluinya bersama beliau, juga berbagai kisah penaklukannya yang begitu luas dan penuh dengan cerita tentang kemenangan, kita menemukan kebalikan dalam berita tentang keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Di mana berita tersebut sangat jarang dan para sejarawan pun sangat sedikit sekali menceritakan sisi tersebut. Seolah pijar bintang Abu Ubaidah yang begitu menyilaukan telah menutupi keluarganya baik orang tua dan nenek moyangnya maupun keturunan yang di bawahnya. Berbagai kiprah dan kontribusinya yang mengagumkan telah menyedot seluruh perhatian para sejarawan, dan menarik pena-pena mereka untuk menorehkan sisi tersebut yang memang lebih layak untuk di ceritakan dengan rinci dan panjang lebar. Dan dengan pandangan yang benar dengan meletakkan segala sesuatu pada porsinya yang benar, kami juga berpendapat bahwa perbuatan seseorang, sikap-sikap yang di ambilnya, berbagai kelebihannya, keutamaannya, akhlaknya, prinsip-prinsip hidupnya dan keteguhannya dalam berpegang kepada prinsip tersebut, dan juga usahanya dalam menyebarkan apa yang di yakininya, semua itu lebih patut dan lebih berharga untuk dibicarakan disbanding dengan keluarganya, nenek moyangnya, anak-anaknya, maupun cucu-cucunya. Dan kami rasa inilah yang menjadi penyebab utama sedikitnya kabar mengenai keluarga Abu Ubaidah, dan jarangnya kedudukan yang baik di kaumnya. Dia berasal dari Bani Fihr, seorang Quraisy yang memiliki keturunan yang tinggi dan membanggakan.

1. Orang Tuanya

Ayahnya : Abdullah bin Al-Jarrah, meninggal lama sebelum Islam, dan dikatakan juga bahwa ia turut dalam perang Badar dalam barisan kaum musyrikim, dan kami telah meruntuhkan pendapat ini karena tidak ada sanadnya yang benar dalam riwayat tersebut.
Ibunya : Umaimah binti Ghanim bin Jabir bin Abdul Uzza bin Amirah bin Amirah bin Wadiah bin Al-Harits bin Fihr, seorang Quraisy dari bani Fihr.
Dan ia adalah putri dari ayahnya Abu Ubaidah, Ia menjumpai Islam dan kemudian menyatakan keislamannya Radhiyallahu Anha.

2. Istri-Istrinya

  • Hindun binti Jabir bin Wahab bin Hujair bin Abdu bin Ma’ish bin Amir bin Lu’ay
  • Ibnu Sa’ad dan yang lainnya menyebutkannya dan mengatakan bahwa ia memberinya dua putra yaitu Yazid dan Umair
  • Thaifah : ia telah disebutkan ketika kita berbicara tentang sakit nya Abu Ubaidah dan wafatnya.

3. Dua Putranya (Yazid dan Umair)

Disebutkan oleh Ibnu Sa’ad, Ibnu asakir, dan yang lainnya bahwa kedua putranya telah meninggal sehingga garis keturunan Abu Ubaidah menjadi putus, maka tidak ada lagi yang tersisa dari keturunannya.

4. Sosok yang Akan Selalu dikenang Sepanjang Masa

Abu Ubaidah wafat dengan begitu tenang, sebuah akhir yang damai sedamainya iman jika telah tertanam di jiwa orang-orang yang benar. Ia pun dimakamkan di tanah yang tenang, sebuah tanah yang turut menundukkan dirinya ketika memeluk jasad seorang laki-laki yang dipenuhi oleh sikap tawadhu’ dan keikhlasan mulai dari ujung rambut hingga ujung kakinya, dan bercampur dengan seluruh daging dan tulang-tulangnya.
Shahabat yang sangat menjaga amanah ini berpulang dengan sebuah kehormatan yang disematkan oleh Tuhannya Subhanahu wa Ta’ala yang ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri. Sebuah kehormatan yang menjadi idaman para shahabat besar seperti Umar Al-Faruq. Abu Ubaidah pun mendapat julukan istimewa dengan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Orang yang paling terpercaya dari umat ini adalah Abu Ubaidah.”
Pahlawan mujahid tersebut telah pergi. Ia merupakan salah satu di antara tokoh besar yang turut membawa risalah kebenaran, kebaikan, dan petunjuk. Mereka berhasil menerangi alam dari kegelapannya, memberikan rasa tenang setelah didera rasa takut yang mencekam. Mereka memberikan keadilan dan kasih saying, bahwa semua manusia adalah sama, dan menguak kembali nilai yang dimiliki oleh fitrah dan kedudukan akal serta keagungan alam dan peran manusia sebagai seorang khalifah yang mengemban tugas dari Allah. Abu Ubaidah berada di barisan terdepan dari pasukan yang membebaskan negeri Syam dari cengkeraman kemusrikan, dan membebaskan fitrah dari apa yang selama itu menutupinya. Ia mengembalikkan apa yang menjadi hak manusia, dan juga kebebasan dan kehormatannya. Maka nama Abu Ubaidah telah menjadi judul dari buku-buku yang berbicara tentang kebanggan sebuah penaklukan dan pembebasan seorang hamba dari penghambaan terhadap sesame hamba menuju penghambaan kepada Allah semata, dan dari kezhaliman agama-agama palsu menuju keadilan Islam, serta dari kesempitan dunia menuju kelapangan dunia dan akhirat.
Kisah hidup Abu Ubaidah merupakan model yang sangat istimewah dari metode yang dimiliki Islam dalam mendidik umatnya. Menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam untuk membaca kisah hidupnya, merenungkannya, dan mencontohnya agar mereka bias terbebas dari debu kelemahan dan ketidak berdayaan. Agar mereka bisa hidup dengan kehormatan, dan melepaskan tuduhan-tuduhan palsu, yang dikemas dalam bentuk toleransi beragama, yang dilemparkan oleh budak-budak nafsu yang berusaha mengaburkan kebenaran Islam, dan menjauhkan umatnya dari hakekat dan sejarahnya. Dengan demikian umat ini mampu memasuki gelanggang kepahlawanan dalam Islam dan memahami dengan benar risalah jihad dan berbagai penaklukan yang terjadi dalam sejarah mereka. Dengan membawa sejarah perjalanan Abu Ubaidah dan para penakluk besar Islam lainnya di satu tangan, dan membawa kita Tuhannya pada tangan yang lain, dengan membaca firman Allah Ta’ala “Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat. Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kami miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya.”109
Keadilan dan kekuatan merupakan dua sayap Islam dan asas dari kebijakan politiknya. Inilah yang dipahami betul oleh Abu Ubaidah dan orang-orang yang sebelumnya dan bahkan orang-orang yang datang setelahnya yang meneruskan perjuangannya dan para mujahidin secara umum.
Bukan Islamnya yang dijadikan sasaran oleh para penghujat sebagai poin dalam menjatuhkan umat, dan merusak akhlak mereka, atau menghapus kepribadian mereka, dan merusak hakekat mereka.
Bukan islam juga yang diserang oleh mereka yang melampaui batas, yang suka memutar balikkan fakta, dan menjadikan agama sebagai mainan orang-orang bodoh dan penuh kemunafikan.
Walaupun sang pahlawan mujahid Abu Ubaidah meninggal dengan damai, syahid karena menderita penyakit tha’un, dan dikuburkan di sebuah negeri damai, serta tidak meninggalkan keturunan, maka sesungguhnya namanya tetap menggantung tinggi, perjalanan hidupnya yang indah serta kontribusinya yang begitu besar telah mewangi di cakrawala, dan menjadi buah bibir sejak jasadnya di timbun dengan tanah hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala.
Setiap jengkal dari tanah Syam menjadi saksi kebaikan bagi Abu Ubaidah, dan berhutang keutamaan kepadanya, serta senantiasa meninggikan panji-panji penghargaan baginya. Setiap muslim, dan bahkan setiap manusia di negeri yang luas tersebut berhutang kepadanya atas segala kebaikan, keadilan, dan kasih sayang yang mereka terima atas jasanya.
Seluruh pujian dan pengakuan mereka kepadanya akan senantiasa sampai kepadanya. Selama di negeri tersebut masih ada jantung yang berdetak, mata yang mengedip, dan lisan yang basah menyebut jasa-jasanya yang kekal.
Begitu banyak orang besar yang hidup sebelum dan sesudah Abu Ubaidah, dan mendapatkan kekayaan yang luar biasa dalam hidup mereka, serta dikaruniai oleh anak yang banyak dan menjadi kebanggaan bagi mereka. Lalu mereka mendapatkan kedudukan tinggi yang menjadi kecemburuan bagi banyak orang. Kemudian satu persatu mereka mulai gugur dan berlalu, sejarahpun luput memperhatikan mereka, sehingga mereka mulai dilupakan, dan bumipun seolah menelan kenangan-kenangan tentang mereka, dan akhirnya menghilang sama sekali. Di mana mereka sekarang?
Adapun Abu Ubaidah yang tidak meninggalkan keturunan, telah meninggalkan di belakanganya begitu banyak generasi muslim dan diikuti oleh generasi-generasi lainnya hingga waktu yang dikehendaki Allah, generasi yang lainnya senantiasa mendoakannya, dan menceritakan kisah hidupnya kepada anak-anak mereka, dan mencontoh kemuliaan pribadinya. Juga generasi yang menuliskan kisah kepahlawanannya dalam banyak buku dan artikel, dan mengimplementasikan sebagian sikapnya dalam kehidupan mereka. Sekolah-sekolah mereka, masjid-masjid, yayasan-yayasan, jalan-jalan, dan kota-kota mereka tak berhenti mendengungkan namanya. Itulah kehidupan yang sebenarnya, dan itulah warisan yang terus membumbung tinggi dimana setiap orang berharap akan dikenang seperti itu atau tidak mendekatinya.

Abu Ubaidah mengabdikan dirinya kepada Islam dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk Islam. Ia meninggal saat masih memegang panji di tangan kanannya, dan dengan itu orang akan terus mengingatnya, dan namanya pun akan tetap kekal dalam wajam zaman. Selamat baginya atas kenangan yang kekal tersebut.

Khalid bin Walid, Panglima Perang, si Pedang Allah SWT


Pribadi yang mengaku tidak tahu dimana dan dari mana kehidupannya bermula, kecuali di suatu hari dimana ia berjabat tangan dengan Rasulullah saw, berikrar dan bersumpah setia….saat itulah dia merasa dilahrikan kembali sebagai manusia “Dialah orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”


Suatu saat Khalid bin Walid pernah menceritakan perjalanannya dari Mekah menuju Madinah kepada Rasulullah:
“Aku menginginkan seorang teman seperjalanan, lalu kujumpai Utsman bin Thalhah; kuceritakan kepadanya apa maksudku, ia pun segera menyetujuinya. Kami keluar dari kota Mekah sekitar dini hari, di luar kota kami berjumpa dengan Amr bin Ash.
Maka berangkatlah kami bertiga menuju kota Madinah, sehingga kami sampai di kota itu di awal hari bulan Safar tahun yang ke delapan Hijriyah. Setelah dekat dengan Rasulullah saw kami memberi salam kenabiannya, Nabi pun membalas salamku dengan muka yang cerah. Sejak itulah aku masuk Islam dan mengucapkan syahadat yang haq…”
Rasulullah bersabda, “Sungguh aku telah mengetahui bahwa anda mempunyai akal sehat, dan aku berharap, akal sehat itu hanya akan menuntun anda kejalan yang baik…” Oleh karena itulah, aku berjanji setia dan bai’at kepada beliau, lalu aku Mohon “Mohon Rasulullah mintakan ampun untukku terhadap semua tindakan masa laluku yang menghalangi jalan Allah…”
Dalam perang Muktah, ada tiga orang Syuhada Pahlawan, mereka adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah, mereka bertiga adalah Syuhada Pahlawan si Pedang Allah di Tanah Syria. Untuk keperluan perang Muktah ini, pasukan musuh, Pasukan Romawi mengerahkan sekitar 200.000 prajurit.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Panji perang di tangan Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersama panjinya sampai ia tewas. Kemudian panji tersebut diambil alih oleh Ja’far, yang juga bertempur bersama panjinya sampai ia gugur sebagai syahid. Kemudian giliran Abdullah bin Rawahah memegang panji tersebut sambil bertempur maju, hingga ia juga gugur sebagai Syahid.”
“Kemudian panji itu diambil alih oleh suatu Pedang dari pedang Allah, lalu Allah membukakan kemenangan di tangannya.”
Sesudah Panglima yang ketiga gugur menemui syahidnya, dengan cepat Tsabit bin Arqam menuju bendera perang tersebut, lalu membawanya dengan tangan kanannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di tengah-tengah pasukan Islam agar barisan mereka tidak kacau balau, dan semangat pasukan tetap tinggi…
Tak lama sesudah itu, dengan gesit ia melarikan kudanya kearah Khalid bin Walid, sambil berkata kepadanya, “Peganglah panji ini, wahai Abu Sulaiman…!”
Khalid merasa dirinya sebagai seorang yang baru masuk Islam, tidak layak memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat orang-orang Anshor dan Muhajirin yang terlebih dahulu masuk Islam daripadanya, Sopan, Rendah hati, arif bijaksana, itulah sikapnya. Ketika itu ia menjawab, “Tidak….. jangan saya yang memegang panji suci ini, engkaulah yang paling berhak memegangnya, engkau lebih tua, dan telah menyertai perang Badar!
Tsabit menjawab, “Ambillah, sebab engkau lebih tahu siasat perang daripadaku, dan demi Allah aku tidak akan mengambilnya, kecuali untuk diserahkan kepadamu!”  kemudian ia berseru kepada semua pasukan muslim, Bersediakah kalian di bawah pimpinan Khalid?” mereka menjawab, “Setuju!”
Dengan gesit panglima baru ini melompati kudanya, di dekapnya panji suci itu dan mencondongkannya kearah depan dengan tangan kanannya, seakan hendak memecahkan semua pintu yang terkunci itu, dan sudah tiba saatnya untuk di dobrak dan diterjang. Sejak saat itulah, kepahlawanannya yang luar biasa, terkuak dan mencapai titik puncak yang telah ditentukan oleh Allah baginya…
Saat perang Muktah inilah korban di pihak kaum muslimin banyak berjatuhan, dengan tubuh-tubuh mereka berlumuran darah, sedang balatentara Romawi dengan jumlah yang jauh lebih besar, terus maju laksana banjir yang terus menyapu medan tempur.
Dalam situasi yang sangat sulit itu, tak ada jalan dan taktik perang yang bagaimanapun, akan mampu merubah keadaan. Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan oleh seorang Komandan perang, ialah bagaimana melepaskan tentara Islam ini dari kemusnahan total, dengan mencegah jatuhnya korban yang terus berjatuhan, serta berusaha keluar dari keadaan itu dengan sisa-sisa yang ada dengan selamat
Pada saat yang genting itu, tampillah Khalid bin Walid, si Pedang Allah, yang menyorot seluruh medan tempur yang luas itu, dengan  kedua matanya yang tajam. Diaturnya rencana dan langkah yang akan diambil secepat kilat, kemudian membagi pasukannya  kedalam kelompok-kelompok besar dalam suasana perang berkecamuk terus. Setiap kelompok diberinya tugas sasaran masing-masing, lalu dipergunakanlah seni Yudhanya yang membawa mukjizat, dengan kecerdikan akalnya yang luar biasa, sehingga akhirnya ia berhasil membuka jalur luas diantara pasukan Romawi. Dari jalur itulah seluruh pasukan Muslim menerobos dengan selamat. Karena prestasinya dalam perang inilah Rasulullah menganugrahkan gelar kepada Khalid bin Walid, “Si Pedang Allah yang senantiasa terhunus”.
Sepeninggal Rasulullah, wafat, Abu Bakar memikul tanggung jawab sebagai Khalifah. Dia menghadapi tantangan yang sangat besar dan berbahaya, yaitu gelombang kemurtadan yang hendak menghancurkan agama yang baru berkembang ini. Berita-berita tentang pembangkangan kaum-kaum dan suku-suku Di Jazirah Arab ini, dari waktu ke waktu semakin membahayakan. Dalam keadaan genting seperti ini, Abu Bakar sendiri maju untuk memimpin pasukan Islam. Tetapi para sahabat utama tidak sepakat dengan tindakan Abu Bakar ini. Semuanya sepakat untuk meminta Khalifah agar tetap tinggal di Madinah.
Sayyidina Ali terpaksa menghadang Abu Bakar dan memegang tali kekang kuda yang sedang di tungganginya untuk mencegah keberangkatannya bersama pasukannya menuju medan perang, sembari berkata, “Hendak kemana Engkau wahai Khalifah Rasulullah, akan kukatakan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasulullah di hari Uhud: “Simpanlah pedangmu wahai Abu Bakar, jangan engkau cemaskan kami dengan dirimu!”
Di hadapan desakan dan suara bulat kaum muslimin, Khalifah terpaksa menerima untuk tetap tinggal di kota Madinah. Maka setelah itu, di bagilah tentara Islam menjadi sebelas kesatuan, dengan beban tugas tertentu. Sedang sebagai kepala dari keseluruhan pasukan tersebut, diangkatlah Khalid bin Walid. Dan setelah menyerahkan bendera kepada masing-masing komandannya, Khalifah mengarahkan pandangan kepada Khalid bin Walid, sambil berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, bahwa sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan, ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang diantara pedang Allah yang ditebaskan kepada orang-orang kafir dan munafik…!”
Khalid pun segera melaksanakan tugasnya dengan berpindah-pindah dari suatu tempat medan tempur  ke pertempuran yang lain, dari suatu kemenangan ke kemenangan berikutnya.
Datanglah perintah dari Khalifah Abu Bakar, kepada Panglima yang tak tertandingi ini, agar berangkat menuju Yamamah untuk memerangi Bani Hanifah bersama kabilah-kabilah yang telah bergabung dengan mereka yang terdiri dari gabungan aneka ragam tentara murtad yang paling berbahaya. Pasukan ini di pimpin oleh Musalimah al-Kadzdzab..
Khalid bersama pasukannya mengambil posisi di dataran bukit-bukit pasir Yamamah, dan menyerahkan bendera perang kepada komandan-komandan pasukannya, sementara Musailamah menghadapinya dengan segala kecongkakan dan kedurhakaan bersama dengan pasukan tentaranya yang sangat banyak, seakan-akan tak akan habis-habisnya.
Di tengah pertempuran yang berkecamuk amat dahsyat ini, Khalid melihat keunggulan musuh, ia lalu memacu kudanya ke suatu tempat tinggi yang terdekat, lalu ia melayangkan pandangannya ke seluruh medan tempur. Pandangan cepat yang diliputi ketajaman dan naluri perangnya, dengan cepat ia dapat mengetahui dan menyimpulkan titik kelemahan pasukannya.
Ia dapat merasakan, ada rasa tanggung jawab yang mulai melemah di kalangan parajuritnya di tengah serbuan-serbuan mendadak pasukan Musailamah. Maka diputuskanlah secepat kilat untuk memperkuat semangat tempur dan tanggung jawab pasukan muslimin itu. Di panggilnya komandan-komandan teras dan sayap, ditertibkannya posisi masing-masing di medan tempur, kemudian ia berteriak dengan suaranya yang mengesankan kemenangan:
Tunjukkanlah kelebihanmu masing-masing…, akan kita lihat hari ini jasa setiap suku!
Orang-orang Muhajirin maju dengan panji-panji perang mereka, dan orang-orang Anshor pun maju dengan panji-panji perang mereka, kemudian setiap kelompok suku dengan panji-panji tersendiri. Semangat juang pasukannya jadi bergelora lebih panas membakar, yang dipenuhi dengan kebulatan tekad, menang atau mati syahid. Sedangkan Khalid terus menggemakan Takbir dan Tahlil, sambil memberikan komando kepada para komandan lapangannya. Dalam waktu singkat, berubahlah arah pertempuran, prajurit-prajurit pimpinan Musailamah mulai berguguran, laksana nyamuk yang meggelepar berjatuhan.
Khalid bin Walid berhasil menyalakan semangat keberaniannya seperti sengatan aliran listrik kepada setiap parajuritnya, itulah salah satu keistimewaannya dari sekian banyak keunggulannya. Musailamah tewas bersama para prajuritnya, bergelimpangan memenuhi seluruh area medan pertempuran, dan terkuburlah selama-lamanya bendera yang menyerukan kebohongan dan kepalsuan.
Selanjutnya, Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk berangkat menuju Irak, maka berangkatlah sang Mujahid ini ke Irak. Ia memulai operasi meliternya di Irak dengan mengirim surat ke seluruh Pembesar Kisra (Kaisar Persia) dan Gubernur-Gubernurnya di semua wilayah Irak.
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Khalid Ibnu Walid kepada para pembesar Persi. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk. Kemudian segala puji kepunyaan Allah yang telah memporak porandakan kaki tangan kalian, dan merenggut kerajaan kalian, serta melemahkan tipu daya kalian. Siapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap kiblat kami, jadilah ia seorang muslim. Ia akan mendaptkan hak seperti hak yang kami dapatkan, dan ia berkewjiban seperti kewajiban kami. Bila telah sampai kepada kalian surat ini, maka hendaklah kalian kirimkan kepadaku jaminan, dan terimalah dariku perlindungan jika tidak, maka demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, akan kukirimkan kepada kalian satu kaum berani mati, padahal kalian masih sangat mencintai hidup…!”
Para mata-mata yang disebarkannya ke seluruh penjuru Persia datang menyampaikan berita tentang keberangkatan pasukan bala tentara yang sangat besar yang dipersiapkan oleh panglima-panglima Persia di Irak.
Khalid tidak membuang-buang waktu, dengan cepat ia memersiapkan pasukannya untuk menghadapi pasukan Persia tersebut. Dalam perjalanan menuju Persia ini ia berhasil memperoleh kemenangan-kemenangan, mulai dari Ubullah, As-Sadir, di susul Najaf, lalu Al-Hirah, Al-Ambar, sampai Khadimiah. Di setiap tempat yang berhasil ia taklukkan ia disambut wajah berseri penduduknya, karena di bawah bendera Islam, mereka orang-orang yang lemah yang tertindas penjajah Persia, dapat berlindung dengan aman.
Rakyat yang terjajah dan lemah selama ini banyak mengalami derita perbudakan dan penyiksaan dari orang Persia. Khalid selalu berpesan dengan peringatan keras, kepada seluruh pasukannya setiap kali akan berangkat ke medan tempur:
Jangan kalian sakiti para petani, biarkanlah mereka bekerja dengan aman, kecuali bila ada yang hendak menyerang kalian, perangilah orang-orang yang memerangi kalian…”.
Kemenangan yang diraih oleh orang-orang Islam di Irak dari orang Persia menimbulkan harapan diperolehnya kemenangan yang sama pada orang Romawi di Syria. Khalifah Abu Bakar mengerahkan sejumlah pasukan dan menunjuk bebrapa orang pilihan sebagai Panglimanya, seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash dan Yazid bin Abu Sufyan serta Muawiyah bin Abu Sufyan.
Pada saat balatentara Islam ini mulai bergerak, berita ini sampai kepada Kaisar Romawi. Ia menyarankan para menteri dan Jenderal-jenderalnya supaya berdamai saja dengan orang-orang Islam, dan berperang melawan mereka, karena itu hanya akan menimbulkan kerugian saja. Tetapi para menteri dan Jenderal-Jenderalnya tetap bersikeras hendak meneruskan perang sambil sesumbar: “Demi Tuhan, akan kita layani Abu Bakar itu, sampai ia tidak mampu mendatangkan pasukan berkudanya ke negeri kita ini.”
Mereka menyiapkan tidak kurang dari 240.000 tentara untuk peperangan ini. Para mata-mata pasukan tentara Islam mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah. Mengetahui hal itu Abu Bakar berkata, “Demi Allah, semua kekhawatiran dan keragu-raguan mereka akan kusembuhkan dengan kedatangan Khalid.”  Penyembuh kekhawatiran ini, berupa perintah berangkat ke negeri Syam kepada Khalid untuk memimpin seluruh pasukan Islam yang sudah mendahului berada di sana. Dengan sigap Khalid bin Walid melaksanakan perintah Khalifah, dan menyerahkan pimpinan pasukan di Irak kepada Mutsanna bin Haritsah, setelah semua urusannya di Irak selesai, ia segera berangkat menuju Syam.
Di medan perang, sebelum pertempuran di mulai, ia berdiri di tengah-tengah pasukannya sambil berpidato, “Hari ini adalah hari-hari Allah, tak pantas kita di sini berbangga-bangga dan berbuat durhaka….Ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkan Ridlo Allah dengan perangmu! Mari kita bergantian memegang pimpinan, yaitu secara bergiliran. Hari ini salah seorang memegang pimpinan, besok yang lain, lusa yang lain lagi, sehingga seluruhnya mendapat kesempatan memimpin…!”
Balatentara Romawi, jika dilihat dari besarnya jumlah tentara dan perlengkapan persenjataan yang mereka miliki, merupakan sesuatu yang sangat mendebarkan bagi siapa saja yang melihatnya. Tak diragukan lagi, bahwa pasukan Islam sebelum kedatangan Khalid bin Walid merasa gentar dan cemas serta gelisah dalam jiwa mereka. Hanya karena iman merekalah yang membuat hati mereka mantap.
Bagaimanapun hebatnya orang-orang Romawi dan balatentaranya, tapi Abu Bakar telah berkata, “Khalid yang akan menyelesaikannya…, Demi Allah, segala kekhawatiran mereka akan kulenyapkan dengan seorang Khalid! Biarkan orang-orang Romawi dengan segala kehebatannya itu datang! Bukankah bagi kaum muslimin ada tukang pukulnya?”
Khalid bin Walid membrifing komandan-komandan tentaranya, dengan mempersiapkan dan membagi-bagi pada beberapa kesatuan besar. Diaturnya langkah-langkah taktik dan strategi untuk menyerang dan bertahan, untuk menandingi taktik-taktik tentara Romawi, seperti yang telah dialaminya dari kawan-kawannya orang Persia di Irak, dengan melukiskan setiap kemungkinan dari peperangan ini.
Sebelum terjun ke kancah peperangan, ada satu hal yang sedikit menganggu pikirannya, yaitu kemungkinan sebagian anggota pasukannya yang melarikan diri, terutama mereka yang baru saja masuk Islam, setalah mereka melihat kehebatan dan keseraman tentara Romawi.
Salah satu rahasia kemenangan-kemenangan istimewa yang diraih Khalid dalam setiap pertempuran,ialah “Tsabat” artinya tetap tabah dan disiplin. Ia melihat, bahwa larinya dua tiga orang prajurit, akan menyebarkan kepanikan dan kekacauan pada seluruh kesatuan  yang akan berakibat fatal, dan ini merpakan bencana. Oleh sebab itu, tindakannya sangat tegas dan keras sekali terhadap mereka yang membuang senjata dan melarikan diri dari medan pertempuran. Maka dalam peperangan Yarmuk ini, setelah seluruh pasukannya mangambil posisi, dipanggilnya perempuan-perempuan Muslimah untuk memanggul senjata. Mereka diperintahkan untuk mengambil posisi dibelakang barisan pasukan muslimin di setiap penjuru. Khalid berpesan kepada mereka, “Siapa saja yang melarikan diri dari medan pertempuran ini, bunuh saja mereka!”
Sebelum pertempuran dahsyat itu berlangsung, Panglima tentara Romawi meminta Khalid Tampil ke depan, karena ingin berbicara dengannya. Khalid tampil ke depan sehingga mereka berdua saling berhadapan di atas punggung kuda masing-masing, di suatu tempat tanah lapang diantara kedua pasukan.
Panglima pasukan tentara Romawi yang bernama Mahan itu berkata kepada Khalid:
Kami tahu, bahwa yang mendorong kalian keluar dari negeri kalian tidak lain hanyalah karena kelaparan dan kesulitan, jika kalian setuju, saya beri dari masing-masing kalian ini 10 dinar lengkap dengan pakaian dan makanan, asalkan kalian pulang kembali ke negeri kalian. Dan di tahun yang akan datang saya akan kirimkan sebanyak itu pula……!
Mendengar itu, bukan main marahnya Khalid, tapi hal tetap ditahan, sambil menggetakkan giginya, ia menganggap suatu penghinaan dan kekurang ajaran dari panglima Romawi itu. Lalu di jawabnya dengan berucap:
Bahwa yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar seperti yang anda kira, tapi kami adalah suatu bangsa yang biasa minum darah. Dan kami sangat paham, bahwa tak darah yang lebih manis dan lebih enak dari darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang!”

Panglima Khalid bin Walid menggeretakkan kekang kudanya, sambil kembali ke barisan pasukannya, diangkatnya bendera tingi-tinggi sebagai tanda dimulainya pertempuran. “Allahu Akbar,……berhembuslah angin surga,” teriaknya. Di tengah-tengah poertempuran sengit itu berlangsung, ada salah seorang dari tentara muslim yang mendekati Abu Ubaidan bin Jarrah, sambil berkata, “Aku sudah bertekad untuk mati syahid, apakah anda mempunyai pesan penting yang bisa kusampaikan kepada Rasulullah saw, jika aku menemuinya nanti?” Abu Ubaidah menjawab, “Ada, sampaikan kepada beliau, Ya Rasululullah, sesungguhnya kami telah menemukan bahwa apa yang telah di janjikan Allah, memang benar!”
Setelah itu, lelaki itu pergi menyeruak ke tengah-tengah medan pertempuran dengan menyerang bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Ia menyerbu ke tengah-tengah pertempuran dahsyat, merindukan tempat peraduan, sampai akhirnya ia mati syahid. Dia adalah Ikrimah Abu jahal, anak Abu Jahal. Ia berseru kepada barisan tentara orang-orang Islam, pada saat tekanan tentara Romawi semakin berat, dengan suara lantang, dia berkata, “Sungguh aku telah lama memerangi Rasulullah di masa lalu, sebelum aku mendapat hidayah dari Allah, masuk Islam. Apakah pantas aku lari hari ini, dari musuh-musuh Allah ini?” sambil berteriak ia berseru kepada pasukan Muslim, “Siapa yang bersedia dan berjanji untuk mati?”
Sekelompok pasukan muslimin berjanji kepada Ikrimah untuk berjuang sampai mati, kemudian mereka sama-sama menyerbu ke jantung pertahanan musuh, mereka hanya mencari kemenangan, tetapi jika kemenangan itu harus ditebus dengan jiwa raganya, mereka sudah siap untuk mati syahid….. Allah menerima pengorbanan  dan bai’at mereka, mereka semuanya mati syahid.
Di tengah pertempuran sengit itu, Khalid bin Walid mengerahkan 100 orang tentaranya, tidak lebih. Mereka diperintahkan untuk bersamanya menyerbu sayap kiri pasukan tentara Romawi yang jumlahnya tidak kurang dari 40.000 orang tentara. Khalid berpesan kepada mereka,: “Demi Allah, yang diriku di tangan-Nya, tak ada lagi kesabaran dan ketabahan yang tinggal pada orang-orang Romawi, kecuali apa yang kami lihat! Sungguh, aku berharap Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk menebas batang-batang keher mereka…!”
Kehebatan Khalid bin Walid ini sangat mengagumkan para panglima dan komandan tentara Romawi. Hal ini mendorong salah seorang dari mereka, bernama Georgius, mengundang Khalid pada saat-saat peperangan berhenti beristirahat, untuk bercakap-cakap. Panglima Romawi itu berkata kepada Khalid:
Tuan Khalid,….jujurlah anda kepadaku, jangan berbohong, sebab orang merdeka itu tak pernah bohong! Apakah Tuhan telah menurunkan sebilah pedang kepada Nabi anda dari langit, lalu pedang itu diberikannya kepada anda, hingga setiap anda hunuskan terhadap siapapun, pedang tersebut pasti membinasakannya?” jawab Khalid, “Oh, tidak.”
Orang itu bertanya lagi, “Mengapa anda dinamakan Si Pedang Allah?” Jawab Khalid, “Sesungguhnya Allah telah mengutus Rasul-Nya kepada kami, sebagian kami ada yang membenarkannya, dan sebagian lagi ada yang mendustakannya sehingga Allah menjadikan hati kami menerima Islam, dan memberi petunjuk kepada kami melalui Rasul-Nya, lalu kami berjanji setia kepadanya……, Rasulullah mendoakanku dan berkata kepadaku, “Engkau adalah pedang Allah diantara sekian banyak pedang-pedang-Nya.” Demikianlah, maka aku diberi julukan  pedang Allah”.
Dialog selanjutnya terjadi antara panglima itu dengan Khalid:
  • Kepada siapa anda sekalian diserunya?
  • Kepada Men-tauhid-kan Allah dan kepada Islam
  • Apakah orang-orang yang masuk Islam sekarang akan mendapatkan pahala seperti anda juga?
  • Memang, bahkan lebih……..
  • Bagaimana dapat terjadi, padahal anda telah lebih dahulu memasukinya?
  • Karena sesungguhnya kami telah hidup bersama Rasulullah dan kami telah melihat tanda-tanda Kerasulan dan mukjizatnya, dan wajar bagi setiap orang yang telah melihat seperti yang kami lihat, dan mendengar seperti yang kami dengar, akan masuk Islam dengan mudah. Adapun anda, wahai orang-orang yang belum pernah melihat dan mendengarnya, lalu anda beriman kepada yang gaib, maka pahala anda lebih berlipat ganda dan besar, bila anda membenarkan Allah dengan hati ikhlas serta niat yang suci…
Panglima Romawi itu kemudian berseru sambil memajukan kudanya ke dekat Khalid dan berdiri disampingnya “Ajarkanlah kepadaku Islam itu, wahai Khalid….! Maka setelah itu masuk islamlah si panglima itu, dan salat dua rakaat, satu-satunya salat yang sempat dilakukan, karena setelah peristiwa itu kedua pasukan mulai bertempur lagi. Panglima Romawi, Georgius, yang sekarang bertempur di pihak kaum muslimin itu, dengan matian-matian menuntut syahid, sampai ia mencapainya dan ia mendapatkannya……..
Kehidupan Khalid bin Walid adalah perang sejak lahir sampai matinya. Lingkungan, Pendidikan, pertumbuhan dan seluruh hidupnya, sebelum dan sesudah Islam, seluruhnya merupakan arena bagi seorang pahlawan Berkuda yang sangat lihai dan ditakuti
Pedangnya adalah alat yang sangat ampuh sebagai penebus masa lalunya. Pedang yang berada dalam genggaman seorang panglima berkuda seperti Khalid, dan tangan yang menggenggam pedang itu digerakkan oleh hati yang bergelora serta di dorong oleh pembelaan yang mutlak terhadap agama yang suci, sungguh amat sulit bagi pedang ini untuk melepaskan diri sama sekali dari pembawaannya yang keras dan dahsyat, dan ketajamannya yang memutus…….
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan lagi laki-laki seperti Khalid. Ia adalah pribadi yang sering dilukiskan oleh para sahabat-sahabat maupun musuh-musuhnya, dengan: “Orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat ia pernah berkata: “Tak ada yang dapat menandingi kegembiraanku, bahkan lebih pada saat malam pengantin, atau di saat dikaruniai Bayi, yaitu suatu malam yang sangat genting, dimana aku dengan ekspedisi tentara bersama orang-orang Muhajirin menggempur kaum musyrikin di waktu subuh.”
Ada sesuatu yang selalu merisaukan pikirannya sewaktu masih hidup, yaitu kalau-kalau ia mati di atas tempat tidur, padahal ia telah menghabiskan seluruh usianya di atas punggung kuda perang dan dibawah kilat pedangnya.
Ketika itu ia berkata: “Aku telah ikut serta berperang dalam pertempuran di mana-mana, seluruh tubuhku penuh dengan tebasan pedang, tusukan tombak serta tancapan anak panah…….kemudian inilah aku, tidak seperti yang aku inginkan, mati di atas tempat tidur, laksana matinya seekor unta.”
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia berwasiat kepada Khalifah Umar, agar Khalifah mewakafkan harta kekayaan yang ia tinggalkan, yang berupa Kuda dan Pedangnya. Selebihnya tidak ada lagi barang berharga yang dapat dimiliki oleh orang.
Seumur hidupnya ia tak pernah dipengaruhi oleh keinginan, kecuali menikmati kemenangan dan berjaya mengalahkan musuh kebenaran.
Tak satupun kesenangan duniawi yang dapat mempengaruhi keinginan nafsunya, kecuali hanya satu, yaitu barang yang dengan sangat hati-hati sekali dan mati-matian ia menjaganya. Barang itu berupa Kopiah. Pernah suatu ketika, kopiah itu jatuh dalam perang Yarmuk. Ia bersama beberapa pasukannya dengan susah payah mencarinya. Ketika orang lain mencelanya karena itu, ia berkata, “Di dalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun Rasulullah saw”.
Di saat jenazahnya di usung beberapa sahabat keluar dari rumahnya, sang ibu memandangnya dengan kedua mata yang bercahaya memperlihatkan kekerasan hati tapi disaput awan duka cita, lalu melepaskannya dengan kata-kata:
Jutaan orang tidak dapat melebihi keutamaanmu….
Mereka gagah perkasa tapi tunduk di ujung pedangmu…
Engkau pemberani melebihi Singa Betina…..
Yang sedang mengamuk melindungi anaknya……
Engkau lebih dahsyat dari air bah…..
Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah……
Rahmat Allah bagi Abu Sulaiman,
Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada yang ada di dunia.
Ia hidup terpuji, dan berbahagia setelah mati…..

Rabu, 18 Februari 2015

yang

sayup-sayup terdengar suaramu
bagaimana mungkin memindahkan air laut kedalam gelas?
pelan tapi pasti langkah ini kan terhenti
biarkan kudaki sampai puncak tertinggi
menuju impian
yang jauh diangan
ku selalu bermimpi
membuat ini jadi sederhana
seperti embun pagi yang tak pernah mengeluh
tuk menyejukkan bumi.

Sejarah Perkembangan Angka di Dunia

Hampir tak ada negara di dunia yang tak mengenal angka (bilangan). Semuanya mengenal angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Angka-angka itu menjadi roh dalam ilmu matematika. Sulit dibayangkan, andai tak ditemukan angka-angka tersebut.

Dalam berbagai literatur yang ada, tak disebutkan siapa orang yang pertama kali menemukan angka-angka atau bilangan tersebut. Yang pasti, menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya Keseimbangan Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali ditemukan pada selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di daerah Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM.



Bangsa Mesir kuno menulis angka pada daun lontar dengan tulisan hieroglif yang dilambangkan dengan garis lurus untuk satuan, lengkungan ke atas untuk puluhan, lengkungan setengah lingkaran menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan untuk jutaan dilambangkan dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan. Sistem ini kemudian dikembangkan oleh bangsa Mesir menjadi sistem hieratik. 

Bangsa Roma menggunakan tujuh tanda untuk mewakili angka, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M, yang dikenal dengan angka Romawi. Angka ini digunakan di seluruh Eropa hingga abad pertengahan.Sementara itu, angka modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli matematika Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh orang Arab.

Dibandingkan dari seluruh angka yang ada (1-9), angka 0 (nol) merupakan angka yang paling terakhir kemunculannya. Bahkan, angka nol pernah ditolak keberadaannya oleh kalangan gereja Kristen. Orang yang paling berjasa memperkenalkan angka nol di dunia ini adalah al-Khawarizmi, seorang ilmuwan Muslim terkenal. Dia memperkenalkan angka nol melalui karyanya yang monumental Al-Jabr wa al-Muqbala atau yang lebih dikenal dengan nama Aljabar . Angka nol ini kemudian dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci dalam karyanya Liber Abaci , dan semakin dikenal luas pada zaman Renaisance dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Leonardo da Vinci dan Rene Descartes.
Pada mulanya, angka nol digambarkan sebagai ruang kosong tanpa bentuk yang di India disebut dengan sunya (kosong, hampa).Hingga kini, angka nol memiliki makna yang sangat khas dan memudahkan seseorang dalam berhitung. Namun, ada kalanya keberadaan angka nol ini dapat menimbulkan kekacauan logika.
Misalnya:
”Jika suatu bilangan dibagi dengan nol, hasilnya tidak dapat didefinisikan. Bahkan, komputer sekalipun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan pembagi angka nol,” jelas Sampayya.Komputer diperintahkan berhenti berpikir bila bertemu dengan sang divisor nol. Hasil yang tertera pada komputer angka menunjukkan #DIV/0!.
Selain angka-angka umum (1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0), ternyata masih ada jenis angka lain yang digunakan manusia hingga saat ini. yaitu :


1. Angka Arab
Angka Arab adalah sebutan untuk sepuluh buah digit (yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Angka-angka adalah keturunan dari angka India dan sistem angka Hindu-Arab yang dikembangkan oleh matematikawan India, yang membaca urutan angka seperti “975″ sebagai satu bilangan yang utuh. Angka India kemudian diadopsi oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut kepada orang-orang Arab di sebelah barat. Bentuk angka-angka itu dimodifikasi di saat mereka diteruskan, dan mencapai bentuk Eropanya (bentuk yang sekarang) pada saat mencapai Afrika Utara. Dari sana, penggunaan mereka menyebar ke Eropa pada Abad Pertengahan. Penggunaan Angka Arab tersebar ke seluruh dunia melalui perdagangan, buku dan kolonialisme Eropa. Saat ini, Angka Arab adalah simbol representasi angka yang paling umum digunakan di dunia.
Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan merek lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad kesepuluh melalui bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama “Angka Hindu”, yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab di Timur Tengah (Ù .Ù¡.Ù¢.Ù£.Ù¤.Ù¥.Ù¦.Ù§.Ù¨.Ù©), yang disebut dengan nama lain Angka Arab Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India (misalnya angka Dewanagari: à¥¦.१.२.३.४.५.६.७.८.९).

Dalam bahasa Inggris, dengan demikian istilah Angka Arab dapat menjadi bermakna ganda. Ia paling sering digunakan untuk merujuk pada sistem bilangan digunakan secara luas di Eropa dan Amerika. Dalam hal ini, Angka Arab adalah nama konvensional untuk seluruh keluarga sistem angka Arab dan India. Kemungkinan lainnya ialah ia dimaksudkan untuk angka-angka yang digunakan oleh orang Arab, dalam hal ini umumnya mengacu pada Angka Arab Timur.

2. Angka Romawi
Dahulu Kala angka Romawi Itu mengikuti sejarah Roma kuno diri dari tahap awal di Palatine Hill Latin di BC abad ke-8 dan 9 untuk jatuh dalam abad ke-2 Masehi dari perang sipil, wabah, apatis sipil dan munculnya Kristen dan kekuatan Eropa Utara.
“Kekaisaran Romawi telah awal inspiratif, rajin dan intelektual. Kaisar Domitianus, Aristoteles, Aristarkhus, Eratosthenes, Euclid dan Archamedes membantu membangun Roma menjadi sebuah kekuatan kuno, mengembangkan keterampilan intelektual dan matematika canggih untuk membangun Colosseum, Arch, Pantheon, Romawi Konstantinus Baths dan masyarakat sipil. Namun, sistem nomor mereka cacat, tidak punya nol (0), dan tidak ada metode tunggal untuk menghitung di atas beberapa ribu unit, (garis sering diletakkan di atas angka untuk menunjukkan kelipatan nilai mereka). “
Angka Romawi digunakan untuk mencatat nomor dalam batu, seni dan koin. Namun, hari ini mereka digunakan untuk daftar item, judul bab, tanggal hak cipta dan untuk menandai sekuel film seperti film-film Star Wars.
Angka Romawi juga digunakan pada wajah jam dan arloji. Jika Anda telah melihat jam dengan angka Romawi, Anda mungkin telah menyadari bahwa nomor empat ditulis sebagai IIII bukan IV, hal ini karena menambah simetri ke wajah jam – walaupun saya tidak benar-benar berpikir itu menambah simetri sama sekali. Angka yang sering digunakan untuk menunjukkan waktu pada sundials juga.

3. Angka Mesir (3000-1600 SM)
Di Mesir, sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, bukti sejarah yang ditemukanmenyebutkan bahwa satu disimbolkan sebagai garis vertikal, sedangkan 10 diwakilkan olehlambang
^
. Orang mesir menulis dari kanan ke kiri, jadi bilangan dua puluh tiga disimbolkanmenjadi
|||^^

. Bila anda sulit mengartikannya menjadi 23, bandingkanlah dengan angkaromawi XXIII. Angka romawi tersebut pada dasarnya adalah sistem Mesir, diadaptasi olehRoma dan sampai sekarang masih kita gunakan setelah kemunculan pertamanya yaitu lebihdari 5000 tahun yang lalu.Para juru tulis firaun (yang hartanya sangat sulit untuk dihitung) menggunakan suatusistem untuk menghitung angka-angka besar. Memang sulit digunakan, tapi tidak diragukanlagi itu yang mereka pakai. Membaca versi tertulis dari angka-angka besar mesir sama sepertimenghitung total nilai dari koin-koin judi di Las Vegas. Orang-orang mesir kuno meletakanangka yang besar di kanan, dan yang kecil di kiri. Jadi, untuk keperluan demonstrasi, bayangkanlah koin A bernilai 100.000, koin B bernilai 10.000, koin C bernilai 1.000, koin D bernilai 100, koin E bernilai 10, dan koin F bernilai 1. dengan nilai-nilai itu, angka Mesir FEEEDDDDDDCCCCBBBAA bisa mewakilkan angka 234.641. Dan angka-angka besar seperti ini berperan dalam dokumen yang mendeskripsikan harta-harta milikfiraun. SimbolMesir untuk angka besar seperti 100.000, adalah suatu simbol yang seperti burung, tetapiangka-angka yang lebih kecil dilambangkan dengan garis lurus dan melengkung.

4. Angka Babylonia (1750 SM)
Orang-orang Babylonia, menggunakan sistem bilangan berbasis 60. Sistem ini benar- benar sulit digunakan, karenasecara logika seharusnyamembutuhkan 59 simbol yang berbeda (sama seperti sistemdesimal berbasis 10 saat inimempunyai simbol yang berbedasampai 9). Sebaliknya, angka di bawah 60 dilambangkan dengankelompok-kelompok sepuluh.

Yang menyebabkan bentuk tertulisnya sangan aneh jika dibandingkan dengan composisiaritmatika manapun.Melalui keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang pada 60 detik dalam satu menit, dan pada pengukuran sudut, 180 derajat pada jumlah sudut segitiga dan 360 derajat pada sudut satulingkaran. Dan jauh setelah itu, saat waktu bisa diukur dengan akurat, sistem yang sama jugadigunakan dalam 60 menit dalam 1 jam.Orang Babylonia mengambil langkah crusial menuju suatu sistem perhitungan yanglebih efektif. Mereka memperkenalkan konsep nilai tempat, yaitu angka yang sama bisamempunyai nilai yang berbeda tergantung letak angka pada urutan. Untuk lebih jelas, kitaambil contoh angka 222. Pada angka tersebut terdapat tiga angka 2 yang mempunyai nilaiyang berbeda-beda, yaitu 200, 20, dan 2. Tapi konsep ini baru dan merupakan langkah yangsangat berani bagi orang Babylonia. Untuk mereka, dengan sistem perhitungan berbasis 60,sistem nilai tempat lebih sulit untuk digunakan. Untuk mereka angka simpel seperti 222mempunyai nilai 7322 bila menggunakan sistem hitung berbasis 10 yang kita gunakan (2 x60 kuadrat + 2 x 60 + 2)Sistem nilai tempat membutuhkan suatu tanda yang bermakna ”kosong”, untuk saat-saat dimana jumlah nilai pada satu kolom sama dengan kelipatan 60. Dari sinilah awal mulaangka 0. Meskipun bilangan nol itu sendiri belum ada, dan angka 0 tidak mempunyai nilainumerik tersendiri.

5. Angka suku Maya

Suku maya, sama seperti suku Aztec, menggunakan sistem bilangan berbasis 20.Seperti orang babylonia, suku Maya menggunakan sistem nilai tempat, dan tentu saja, angkanol. Mereka menggunakan 3 set grafik notasi yang berbeda untuk mewakili angka:a) Dengan titik dan garis, b) Dengan figur antropomorfik, dan c) dengan simbol.
Angka suku MayaFigur di atas melambangkan angka 0-10 untuk suku Maya.

Selasa, 17 Februari 2015

Persamaan Kuadrat (Part I)

Persamaan Kuadrat (PK)
Bentuk Umum PK: ax^2+bx+c=0, a\neq 0
Contoh PK
a. 2x^2+5x-6=0
b. x^2-4=0
c. x^2-3x=0
d. 9-x^2=0
Tetapi 3x-6=0 BUKAN PK
Akar-Akar Persamaan Kuadrat
Akar-akar PK dapat dicari dengan 3 cara
a. Dengan Memfaktorkan
b. Dengan melengkapkan PK
c. Dengan Rumus abc
Contoh
Carilah Akar-akar PK berikut:
a. x^2-5x+6=0  (dengan memfaktorkan)
b. 2x^2+13x+15 =0(dengan melengkapkan kuadrat)
c. x^2+6x+8=0 (dengan rumus abc)
Jawab:
a. x^2-5x+6=0  (dengan memfaktorkan)
Langkahnya carilah2 bilangan yang jumlahnya (selisihnya) =5 dan jika dikalikan hasilnya 6. Bilngannya adalah 2 dan 3. Selanjutnya faktorkan:
(x+2)(x+3)=0
x_{1}=-2 { dan } x_{2}=-3
Jadi akar-akar PKnya adalah -2 dan -3
b. 2x^2+13x+15 =0(dengan melengkapkan kuadrat)
Cara melengkapkan kuadrat sempurna dengan cara berikut:
Jika ada PK: ax^2+bx+c=0 dapat diubah dengan bentuk: \left ( x+\frac{p}{a} \right )\left ( x+\frac{q}{a} \right ) di mana b=p+q, c=\frac{pq}{a}
Jadi 2x^2+13x+15 =0 dapat diubah menjadi \left ( x+\frac{3}{2} \right )\left ( x+\frac{10}{2} \right )=0
Jadi x_{1}=\frac{-3}{2} dan x_{2}=\frac{-10}{2}=-5
c. x^2+6x+8=0 (dengan rumus abc)
Rumus: x_{1.2}=\frac{-b\pm \sqrt{b^2-4ac}}{2a}
x^2+6x+8=0, a=1,b=6, c=8
x_{1.2}=\frac{-6\pm \sqrt{6^2-4.1.8}}{2.1}
x_{1.2}=\frac{-6\pm \sqrt{36-32}}{2.1}
x_{1.2}=\frac{-6\pm \sqrt{4}}{2}= \frac{-6\pm2}{2}
x_{1}=\frac{-6+2}{2}=\frac{-4}{2}=-2
x_{2}=\frac{-6-2}{2}=\frac{-8}{2}=-4
Diskriminan Persamaan Kuadrat
ax^2+bx+c=0, a\neq 0
Diskriminan PK D=b^2-4ac
a. Jika D=0 maka PK mempunyai dua akar yang sama
b. Jika D>0 maka PK mempunyai dua akar real yang berbeda
c, Jika D<0 maka PK mempunyai akar real, atau kedua akarnya tidak real (imaginer)
Contoh penggunaan:
Carilaih nilai p akar persamaan kuadrat: x^2+(p+3)x+36=0 memiliki dua akar yang sama (akar kembar)
Jawab:
Koefisien PK x^2+(p+3)x+36=0 adalah a=1, b=p+3, c=36, sehingga Diskriminan=0 agar akarnya kembar: D=b^2-4ac=0
D=(p+3)^2-4.1.36=0
\Leftrightarrow {(p+3)^2}-144=0
\Leftrightarrow {p^2+6p+9)^2}-144=0
\Leftrightarrow {p^2+6p+9}-144=0
\Leftrightarrow p^2+6p-135=0
\Leftrightarrow (p-9)(p+15)=0
Jadi,  p=3 atau p=-15
Sehingga akar-akar PK x^2+(p+3)x+36=0 memiliki akar kembar jika p=3 atau p=-15.
Jumlah dan Hasil Kali Akar-Akar Persamaan Kuadrat:
Dapat dicari dengan Rumus berikut:
Jika PK: ax^2+bx+c=0, dengan akar-akarnya x_{1} dan x_{2} maka berlaku:
x_1+x_2=\frac{-b}{a}
x_1\times x_2=\frac{c}{a}
Contoh:
Persamaan Kuadrat x^2+2x+1=0 mempunyai akar-karanya x_{1} dan x_{2} tentukan \frac{1}{x_{1}}+\frac{1}{x_{2}}
Jawab:
Diketahui PK: x^2+2x+1=0, a=1,b=2, dan c=1
x_{1}=\frac{-b}{a}=\frac{-2}{1}=-2
x_{2}=\frac{c}{a}=\frac{1}{1}=1
\frac{1}{x_{1}}+\frac{1}{x_{2}}=\frac{x_{1}+x_{2}}{x_{1}\times x_{2}}=\frac{\frac{-b}{a}}{\frac{c}{a}}=\frac {-2}{1}=-2
Latihan
1. Persamaan Kuadrat 2 x^2-6x-12=0 mempunyai akar-karanya x_{1} dan x_{2}tentukan
a. \frac{1}{x_{1}}+\frac{1}{x_{1}}
b. x_{1}^2+x_{2}^2
c. x_{1}^2-x_{2}^2
d. x_{1}-x_{2}
2. Misalkan persamaan kuadrat 3x^2-5kx+k+1=0 mempunyai akar yang saling berkebalikan, \left ( x_{1}=\frac{1}{x_{2}} \right ). Tentukan nilai k.
Selamat Mencoba

5 Permasalahan Persamaan Lingkaran Beserta Penyelesaiannya

Secara umum, persamaan lingkaran dapat disusun hanya menggunakan bentuk baku persamaan lingkaran. (x-a) 2 +(y-b) 2 =r 2 Asalkan pus...